Thursday 2 April 2015

Sejarah Begalan di Banyumas


Ilustrasi : Begalan
Begalan adalah salah satu dari budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Begalan biasanya dilaksanakan dalam rangkaian resepsi pernikahan. Jika yang dinikahkan adalah anak pertama dengan anak pertama, anak terakhir dengan anak terakhir, anak pertama dengan anak terakhir, dan anak pertama yang perempuan. Pagelaran Begalan pada resepsi pernikahan dipercaya dapat membawa kebaikan bagi pasangan pengantin ketika kelak mereka menjalani kehidupan rumah tangga.

Awal mula begalan berasal dari kisah pada Adipati Wirasaba, saat itu masih dalam wilayah kadipaten wirasaba. Adipati mempersunting putri dari Adipati Banyumas di hari sabtu pahing. Namun dalam perjalanan menuju banyumas sang adipati dihadang oleh garong atau  rampok. Layaknya begal yang dilakukan saat ini (2015).

Rombongan Adipati Wirasaba terpakssa mempertahan diri dengan rombongannya untuk menhadapi begall. Pertarungan tidak bisa dihindari hingga beberapa prajurit tewas. Untungnya, pertarungan dimenangkan oleh rombongan Adipati Wirasaba dan rombongannya. Tempat terjadinya pertarungan kemudian diberi nama Sokawera, kini menjadi nama sebuah desa di kabupaten Banyumas, karena Adipati Wirasaba yang bertarung secara rawe-rawe rantas malang-malang putung.

Kemudian rombongan itu beristirahat sebentar di tengah hutan sambil memeriksa barang bawaan, dan ternyata barang yang dibawa itu kurang (long dalam bahasa banyumas). Sehingga tempat tersebut diberi nama Pegalongan. Dan ketika di tengah perjalanan hendak menyeberangi sungai, rombongan itu menemukan mayat dari perampok yang bernama Suradilaga. Tempat ditemukannya mayat dari perampok yang bernama Suradilaga, kemudian diberi nama Cindaga. Lalu perjalanan dilanjutkan sampai di tempat acara pernikahan, hingga pernikahan pun dapat terlaksana.

Cerita singkat ini, merupakan bagian yang melatarbelakangi adanya tradisi begalan pada masyarakat Banyumas. Cerita ini juga terlihat dalam pementasan Begalan, yang diperankan oleh dua orang. Seorang berperan sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur) yang bernama Gunareka, dan seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok yang bernama Rekaguna. Cerita ini juga dipercaya oleh sebagian masyarakat Banyumas yang masih memegang kuat adat dan tradisi untuk menghindari bepergian jauh pada hari sabtu pahing. Mereka percaya jika orang bepergian jauh pada hari sabtu pahing maka bisa celaka.

Dalam pelaksanaan tradisi Begalan, seorang yang memerankan Gunareka akan membawa barang-barang yang dipikul. Barang-barang tersebut adalah peralatan dapur yang masing-masing alat memiliki makna dan pesan untuk pengantin pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Demikian cerita begalan di Banyumas. Terima kasih sudah membaca sejarah begalan di Banyumas.

0 komentar:

Post a Comment